Translate

Sunday, July 1, 2012

Hasil jepretanku bekerjasama dengan matahari musim panas 2012

Thursday, May 10, 2012

Tatacara mendapatkan SIM Denmark

Tulisan ini saya posting karena banyaknya permintaan dari pembaca tentang bagaimana mendapatkan SIM Denmark. Semoga dapat membantu.

Jika Anda baru datang dan ingin menetap di Denmark dan telah memiliki surat izin mengemudi (SIM) yang dikeluarkan di luar negara-negara Uni Eropa, Anda diharuskan menukarkan SIM lokal tersebut dengan SIM Denmark sementara (berlaku selama kurun waktu 90 hari).

Selama periode 90 hari tersebut Anda hanya dapat mengendarai mobil atau motor di dalam wilayah Denmark saja. SIM Denmark sementara yang Anda pegang harus selalu disertai terjemahan dari SIM lokal (ke dalam bahasa Danish, Inggris, atau Perancis). Terjemahan harus dilakukan oleh otoritas publik atau oleh organisasi berwenang di negara di mana SIM lokal itu diterbitkan (penerjemah tersumpah) dan mendapat legalisasi dari pihak kepolisian.

Sejak Januari 2007 pihak pemerintahan kotamadya (kommune) mengambil alih memprosesan awal untuk mendapatkan SIM Denmark. Jadi untuk pengajuan SIM Denmark, Anda harus mengisi formulir dan mendaftarkannya ke kommune setempat (biasanya proses ini akan dibantu oleh instruktur mengemudi dari sekolah mengemudi dimana kita mengambil program belajar mengemudi secara teori dan praktek)

Anda harus membawa:
Surat tes kesehatan yang dikeluarkan oleh dokter Anda di Denmark
Pas photo (berwarna atau hitam putih) dan mengikuti detil aturan dari pihak kommune. 
SIM lokal dan terjemahannya yang diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah yang disetujui oleh pihak kepolisian.
Paspor yang masih berlaku
Jika Anda bukan warganegara Denmark atau warga negara-negara Skandinavia (Swedia dan Norwegia) , dan Uni Eropa, Anda harus membawa izin tinggal Anda yang sah.
Jika Anda tidak memiliki paspor yang masih berlaku, Anda harus membawa sertifikat asli babtis, akte kelahiran dan tanda pengenal lainnya.

Tes/Ujian untuk mendapatkan SIM Denmark
Syarat utama untuk mendapatkan SIM Denmark yang berlaku hingga usia 75 tahun adalah lulus ujian teori dan praktek yang diadakan oleh pihak kepolisian.
Aturan di atas berlaku untuk semua negara kecuali negara-negara berikut ini: Australia, Brasil, Jepang, Taiwan, Republik Korea Selatan, Rusia, Ukrania, dam Swiss. Warganegara dari negara-negara tersebut cukup dengan SIM lokal mereka untuk dapat mengendarai kendaraan bermotor di Denmark tanpa harus menukarnya menjadi SIM Denmark.


Terjemahan dari:  http://www.politi.dk/Sydsjaelland/da/Borgerservice/Korekort/udenlandsk_koerekort/


Wednesday, May 9, 2012

New Rules of Family Reunification

Parliament has today adopted new rules on family reunification. The rules will apply to all applications for family reunification which are filed on or after 15th May 2012.

There is in brief as follows:
  • Abolition of the fee for application for family reunification - including applications for renewal, perpetual (permanent) residence permit revision and appeal against refusal of family reunification.
  • Abolition of the points system under which a candidate must receive 120 or 60 points and re-entry of the original age requirements in force prior to 1 July 2011 so that it prospectively as a starting point will be a requirement that both spouses are at least 24 years.
  • Reversal of attachment requirement for the form that the claim had prior to the first July 2011 to enable spouses prospectively collected needs to be increased - but not significantly higher - ties to Denmark than the spouses' aggregate ties with another country.
  • Association is imposed not, if the resident spouse has held Danish citizenship for 26 years or if the resident's spouse is a foreign national who was born in this country or came here as a small child, and she has resided in Denmark for 26 years. Previously, a 28-year rule applies.
  • Abolition of immigration test and introduction of a test in Danish, which will be issued within 6 months after the applicant is granted to family reunification.
  • Establishment of economic security from DKK 100,000 to DKK 50,000

There will be from 15 May 2012 be detailed information about the rules for family reunification and provide relevant guidance in the revised application forms here on nyidanmark.dk.

An application for family reunification submitted before 15 May 2012, can be treated under the new rules for family reunification if the applicant notify the Immigration Service. A fee paid will not be recoverable.

With the adoption of these amendments will apply to applications submitted from 15 May 2012 is usually a whole will be asked the following conditions for family reunification:

Requirements for both spouses:
  • The marriage must be recognized - even by Danish law.
  • For unmarried couples living together should have been fixed and long-term - usually you should be able to demonstrate a minimum of 1 ½ years of living together on shared address. Marriage shall be concluded and cohabitation established at both parties' own desire. Marriage shall be entered or cohabitation established with the purpose of obtaining a residence permit

Requirements for the foreign spouse:
  • The foreign spouse must be at least 24 year.
  • The foreign spouse must fulfill his part of the attachment requirement
  • The foreign spouse must within 6 months after being granted a residence permit to pass a test in Danish.

Requirements for spouse already living in Denmark:
  • The spouse must be at least 24 years
  • The spouse must not within the last 10 years have been convicted of certain criminal offenses against a former spouse or partnerThe spouse must undertake to provide a foreign partner
  • Spouse shall, if he is a foreigner and have no residence permit under § 7 and 8 (refugees) have perpetual (permanent) residence permit for more than the last 3 years
  • Spouse shall, if he is a foreigner, meet some of the existing conditions to obtain perpetual (permanent) residence permit in DenmarkThe spouse must meet its part of the attachment requirement
  • The spouse must be self-supporting - that is to say that he is not within the last 3 years has received benefits under the Act on Active Social Policy Act or
  • The spouse must have his own dwelling of reasonable size
  • The spouse must provide financial security of 50,000 to cover possible future costs for assistance under the Act on Active Social Policy Act or to the foreign spouse

There will continue to be lowered in some cases.
You are welcome to contact the Immigration Service on 35 30 88 88 if you have questions about the new rules on family reunification.

If you want concrete decision as to whether the conditions for the permit are met, you must submit an application for family reunification. If you use the application form FA1, located under "forms", then we have basically the information that we need to process the application.

Source: www. nyidanmark.dk 

Saturday, March 31, 2012

Hubungan Bilateral Indonesia - Denmark

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Denmark mulai dijalin sejak tahun 1950. Walau pada tahun 1965 Kedutaan Besar Indonesia untuk Denmark sempat ditutup dan baru dibuka kembali pada tahun 1974, namun secara umum hubungan antara dua negara ini terjalin baik dan menunjukkan perkembangan secara positif.

Denmark secara hangat menerima perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia paska krisis 1998, dan melihat perkembangan demokrasi Indonesia sebagai suatu perkembangan baik dan memposisikan Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang teramat penting, terutama di peta dunia Islam.

Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Denmark dibangun berlandaskan Perjanjian Perdagangan yang ditandatangani di Kopenhagen 9 Desember 1952. Dari tahun ke tahun, nilai volume perdagangan antara dua negara ini terus berkembang. Pada tahun 2008, nilai perdagangan bilateral antara dua negara bernilai 273,47 juta US Dolar dengan surplus di pihak Indonesia bernilai 68,3 juta US Dolar. Pada tahun 2009, nilainya bertambah menjadi 285,47 juta US Dolar dengan surplus untuk Indonesia sebesar 133,8 juta US Dolar. Pada tahun 2010 nilainya meloncat lagi menjadi 348,5 juta US Dolar dengan surplus untuk Indonesia sebesar 11,82 juta US Dolar.

Ekspor Indonesia ke Denmark didominasi oleh produk sepatu, minyak goreng, produk-produk hutan, tembakau, dan baja. Sementara Indonesia mengimpor dari Denmark produk-produk farmasi, kimia, mesin, elektrik, daging, produk olahan susu, dan ikan.

Di sektor investasi sesuai data investasi asing dari Badan Koordinasi Pengembangan Modal (BKPM) tercatat pada tahun 2009 Denmark sebagai negara nomor 30 dalam urutan negara-negara investor terbesar di Indonesia dengan nilai 1,1 juta US Dolar untuk 2 proyek. Perusahaan.perusahaan berskala besar yang beroperasi di Indonesia termasuk diantaranya perusahaan pelayaran AP Møller/Mærsk Line dan ECCO perusahaan sepatu internasional.

Pemerintah Denmark berencana untuk menyiapkan bantuan pembangunan untuk Indonesia melalui Bank NORDEA Denmark dengan dukungan dari kementerian luar negeri Denmark dan Badan Bantuan Pembangunan Denmark- the Danish International Development Agency (Danida). Bantuan berupa pinjaman dari pemerintah Denmark itu digunakan untuk mendanai proyek Sistem Pelaporan Pelayaran dalam sistem navigasi pelayaran Indonesia termasuk kegiatan pelatihan, perawatan, dan suku cadang.

Beberapa proyek pembangunan yang masih terus berlangsung antara Indonesia dan Denmark antara lain kegiatan dukungan untuk program-program lingkungan hidup tahap 1 dan 2, dan juga program B to B sektor lingkungan hidup, Kebijakan Anti Korupsi Danida, penanggulangan terorisme dan program hak asasi manusia.

Disarikan dari berbagai sumber oleh Kristina Budiati.

Saturday, March 24, 2012

Kisah Inspiratif Janti Von Holdt (Ketua Perhimpunan Indonesia-Denmark)


Jatuh Cinta dengan Pria Bule
Pengalaman awal saya dengan yang namanya rasisme malah terjadi pada saat saya berada di tanah air sendiri. Saat itu usia saya baru 17 tahun, saya sedang berada di kota dan bertemu dengan seorang pria Danish. Dia bekerja untuk perusahaan ØK di Jakarta. Hubungan kami terjalin secara sembunyi-sembunyi, sampai ibu saya menemukan fotonya dan meminta untuk diperkenalkan dengannya. Ibu suka padanya, namun tidak tetangga-tetangga sebelah rumah kami yang kerap berteriak ´´bule..bule`` kepadanya. Di Indonesia kata ´´bule´´ menjadi semacam panggilan mencemooh kepada warga asing yang berkulit putih.

Saat itu sekitar tahun 1970, hanya ada beberapa orang asing yang tinggal di Jakarta, dan saya satu-satunya anak perempuan yang ke sana ke mari dengan seorang pria asing. Namun sudah terlambat untuk mundur karena kami berdua sudah kadung saling jatuh cinta.

Saya dibesarkan tanpa pengetahuan samasekali tentang seksualitas dan alat kontrasepsi. Saat melakukan hubungan seksual pertamakali, saya pun hamil. Keluarga saya meminta saya untuk segera menikah. Saat itu pacar saya masih terikat kontrak kerja 3 tahun pertama, dimana dia tidak boleh menikah. Namun untungnya semua dapat diatur oleh atasannya yang baik hati.

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim, namun saat itu dua orang dengan beda agama masih bisa menikah (berbeda dengan saat ini).

Saya tidak dididik untuk menjadi seorang ibu dan istri yang baik, namun dididik menjadi pribadi yang mandiri yang dapat menunjang diri saya sendiri. Ibu saya sendirilah yang mengajarkan bagaimana caranya untuk dapat mandiri. Dia seorang Pengawas Sekolah dan di saat yang bersamaan membesarkan 10 orang anak, 7 perempuan dan 3 laki-laki. Ketika dia mendapati bapak saya memiliki pacar lagi, dia memasukkan semua pakaian bapak ke dalam dua kantong plastik dan meletakkannya di depan pintu depan rumah dan meminta bapak untuk pergi. Hari pertama setelah pernikahan saya, ibu baru mengajarkan saya bagaimana caranya memasak.

Belajar Bahasa Danish dengan taruhan
Saya mengunjungi bakal mertua pada tahun 1970 di Sønderjylland. Saya membeli sebuah jaket hangat ketika saya keluar dari pesawat. Mereka tampak terkejut ketika melihat saya, mereka pikir saya hanya akan berpakaian ala kadarnya. Setahun kemudian saya datang lagi untuk melahirkan putra pertama kami. Saya berbaring di RS Tønder bersama dengan 6 perempuan lainnya, dan saat itu saya samasekali tidak mengerti satu katapun dalam bahasa Danish.

Ketika kamu melahirkan bayi di Indonesia, keluarga akan sangat memanjakanmu. Namun itu tidak terjadi di sini. Empat jam setelah melahirkan datang seorang perawat tinggi besar meminta saya untuk turun dari ranjang. Saya bilang ke suami dan keluarganya, kalau saya tidak segera keluar dari RS itu matilah saya. Pada tahun 1974 saya melahirkan putri saya, dan saya memilih untuk melahirkan di RS di Jakarta.

Perasaan tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga suami membuat saya frustasi, dan saya sadar bahwa saya harus belajar bahasa danish. Suatu malam ketika kami diundang makan di acara perusahaan ØK, seorang danish yang kebetulan merupakan kepala cabang di perusahaan itu berkata bahwa saya tidak akan pernah bisa berbicara dalam bahasa danish karena menurutnya bahasa itu terlalu sulit bagi saya.

Pernyataannya itu memprovokasi saya, dan saya membuat taruhan dengannya. Perjanjiannya adalah kalau saya dapat menguasai bahasa danish dalam beberapa bulan, maka dia akan membayar semua biaya perpanjangan libur kami. Kasihan sekali suami saya yang tampak kuatir saya tidak dapat memenangkan pertaruhan.

Saya datang ke Denmark bersama putri kecil saya, dan saya titipkan dia ke mertua sebelum saya berangkat ke Kopenhagen. Di sana saya tinggal bersama orangtua sahabat saya di Frederiksberg. Tinggal sendirian di kamar yang sedingin es dan toilet berada di kebun luar merupakan sebuah mimpi buruk. Setiap hari saya pergi ke sekolah bahasa intensif di AIS Skindergade. Saya dinyatakan lulus setelah 3 bulan sekolah dan mendapatkan ijasah yang menyatakan saya dapat berbicara Danish.

Saya memenangkan taruhan, dan kepala bagian itu membayar semua pengeluaran yang berkaitan dengan liburan kami. Dia menepati janjinya.

Mendirikan Taman Kanak-kanak di Arab Saudi
Tahun 1976 kami meninggalkan Indonesia, dan setelah sementara waktu menetap di Denmark, kami ditempatkan ke Saudi Arabia. Kami tinggal di Jeddah di mana nyaris tidak ada sesuatupun yang bisa saya lakukan. Di sana saya sangat tergantung kepada suami. Saya merasa sangat bosan, hingga akhirnya saya mendapatkan ide untuk membentuk sebuah taman kanak-kanak.

Bersama dengan dua orang perempuan lainnya dari Filipina, kami bersama-sama mendirikan dan mengelola taman kanak-kanak di Jeddah untuk anak-anak dari berbagai bangsa. Kami menghasilkan uang, dan anak-anak kami mendapatkan teman-teman bermain.

Setelah dari Arab Saudi, kami tinggal lagi di Denmark selama setengah tahun sebelum ditempatkan di Thailand. Di Thailand saya membeli seekor kuda dan rutin melakukan kegiatan menunggang kuda dan juga tenis. Saya berpikir saya harus melakukan sesuatu, karena itu saya bekerja secara sukarela di sebuah panti asuhan beberapa hari dalam seminggu. Saya harus melakukan sesuatu yang nilainya lebih daripada sekedar menghasilkan uang semata.

Ketika saya di Thailand saya juga mendapatkan beberapa pekerjaan paruh waktu seperti dari Berlingske Tidendes rejseguide (salah satu koran nasional di Denmark). Dalam kaitan dengan pekerjaan itu, bertemulah saya dengan seorang perempuan danish yang kedepannya menjadi atasan saya di Denmark. Juga ketika Y.P.O organisasi pariwisata internasional menyelenggarakan seminar di Bangkok, saya didaulat menjadi Kepala Bagian Informasi yang mengatur 60 pemandu wisata dari seluruh dunia. Dalam waktu tiga minggu saya banyak belajar tentang bisnis dan perbedaan budaya, suatu pengetahuan yang bernilai lebih dari hanya uang. Sampai saat ini saya masih kerap mendapatkan kartu natal dari para peserta seminar tersebut.

Pindah menetap di Denmark
Anak-anak kami harus masuk sekolah danish. Putra kami harus masuk sekolah asrama di Herlufsholm. Sebetulnya saya sangat menentang, namun itu sudah menjadi tradisi di perusahaan suami. Ketika tiba giliran putri kami, saya menentang keras, saya tidak ingin dia dipisahkan dari saya, karena itulah kami memutuskan untuk pindah ke Denmark. Saya datang lebih dahulu, baru kemudian suami menyusul. Kami mulai menetap di Denmark pada tahun 1985. Praktis saya mengatur semuanya sendirian. Pertamakali yang saya lakukan adalah menjemput putra kami pulang kembali ke rumah dari sekolah asramanya di Herlufsholm. Kami pindah ke sebuah apartemen, dan anak-anak saya masukkan ke sekolah negeri di Kildegaard.

Ibu mertua saya pernah bilang: ´´Ya beginilah yang biasa kami lakukan di Denmark´´. Saya naif pada saat itu dan hanya mengamini segalanya yang dia bilang sampai saya sadar bahwa itu semua hanya omong kosong. Kita tentu saja dapat melakukan sesuatu secara berbeda, bahkan tidak semua orang danish makan daging dengan saus dan kentang. Saya menjadi terprovokasi oleh pernyataan itu. Ketika putri saya Anita saat itu 11 tahun berkata: ´´ma, kamu harus datang dengan kue ketika datang ke kelas seperti ibu-ibu lainnya´´. Saya datang ke sekolahnya hari Jumat sambil membawa dua kue yang saya beli dan saya masukkan ke dalam kantung plastik biru dan pink dan saya juga taruh permen-permen di dalamnya. Kue yang saya bawa harus tampak beda.

Juga ketika Anita meminta saya mengadakan pesta ulangtahun dan mengundang teman-temannya. Kami menulis undangan dan mengirimkannya. Keesokkan harinya guru kelas berkata bahwa dia menerima surat dari salah satu orangtua murid yang marah karena putri mereka tidak kami undang. Guru kelas itu bersikeras saya harus datang ke sekolah untuk bertemu dengan orangtua tersebut dan berkata : ´´Di Denmark kita harus mengundang seluruh kelas´´. Ketika dia bilang begitu, saya menjadi marah. Saya bilang padanya bahwa saya dan anak-anak saya telah tinggal di berbagai macam negara dan mengikuti berbagai kegiatan sosial dan tidak pernah punya masalah seperti ini. Ini keputusan saya untuk tidak mengundang seluruh kelas, karena kami tidak punya cukup ruangan untuk 24 orang anak.

Perceraian
Ibu mertua saya bilang bahwa tidak mungkin saya mendapatkan pekerjaan di Denmark. Namun setelah dua bulan kami tinggal di Denmark, saya mendapatkan pekerjaan dari seorang perempuan yang saya pernah kenal ketika kami tinggal di Thailand. Dia adalah orang danish pertama yang yakin bahwa kami orang Asia dapat bekerja bersama-sama dengan orang Danish. Dia memperkerjakan saya di perusahaannya dan mengirimkan saya ke kursus pembukuan keuangan. Saya menjadi seorang akuntan dan bekerja selama 3 tahun di perusahaan itu sampai perusahaan itu dijual dan saya harus mencari pekerjaan baru.

Saya mendapatkan beberapa tawaran pekerjaan, dan saya memilih pekerjaan sebagai asisten keuangan di UNISHIP. Kami pindah rumah ke Vangede, namun saat itu kondisi pernikahan saya memburuk. Suami saya kerap bepergian karena urusan kerja, dan ketika dia di rumah, dia selalu lelah. Saya bekerja penuh setiap hari, sekolah malam 3 kali dalam seminggu, merawat rumah dan anak-anak. Setiap hari Jumat saya memasak sekaligus untuk satu minggu. Saya merasa seperti mesin yang harus bisa menyelesaikan semuanya sendirian. Saya merasa saya harus mengerjakan sesuatu 10 kali lebih baik dari orang danish sendiri. Itu cara saya untuk dapat berintegrasi di Denmark.

Saya meminta cerai. Suami saya tidak dapat mengerti keinginan saya tersebut, namun kami sudah jauh berjarak satu sama lain, dan anak-anak sudah tumbuh dewasa. Dia sebenarnya laki-laki yang baik, dan saya juga merasa tidak akan bisa mendapatkan laki-laki lain yang bisa mencintai saya seperti dia mencintai saya.

Saya menyewa apartemen kecil di Kopenhagen. Beberapa hari setelah kepindahan saya, kakak laki-laki saya menelpon dari bandara dan meminta saya menjemputnya. Dia meminta saya berkemas dan mengajak saya pulang ke Indonesia. Denmark bukanlah negara saya, dan saya tidak memiliki masa depan di sini sebagai seorang perempuan yang bercerai. Namun keesokkan harinya kakak saya pulang lagi ke Indonesia dengan tangan hampa. Sejak saat itu kami tidak berkomunikasi hingga setengah tahun karena di Indonesia kakak laki-laki tertua secara hirarki mendapatkan tempat teratas yang harus selalu dihormati dan didengar oleh adik-adik perempuannya.

Kekasih di Aarhus
Setahun setelah perceraian, saya mendapatkan pekerjaan freelance dari salah satu perusahaan tembakau skandinavia. Mereka hendak membuat film dokumenter tentang Indonesia. Dalam kaitan dengan pekerjaan itulah, saya bertemu seorang pria dari Aarhus dan kami saling jatuh cinta. Dia memiliki pekerjaan bagus sebagai kepala pembelian di Aarhus, dan saya meninggalkan pekerjaan dan tempat tinggal saya di Kopenhagen untuk pindah bersamanya di Aarhus. Saya merintis usaha saya sendiri mengirim produk-produk seperti furniture dari Indonesia dan menjualnya di negara-negara Skandinavia.

Semuanya berjalan lancar, dan kami memutuskan untuk menikah, namun tiba-tiba dia meninggal dunia karena serangan jantung. Pada malam yang sama ibunya pindah dan menetap di rumahnya. Saya telah mencurahkan semua harta yang saya miliki dari bekerja keras 20 jam perhari untuk perusahaan itu. Setelah beberapa tahun saya jual perusahaan dan kembali ke Kopenhagen.

Budaya Asia dan Danish
Saya membeli sebuah apartemen kecil di Søborg dan saya mendapatkan pekerjaan sebagai kepala eksport di sebuah perusahaan. Pekerjaan itu merupakan pekerjaan terbaik yang pernah saya lakoni, dan saya bekerja di sana selama 8 tahun. Di perusahaan itu banyak orang dari Asia. Orang-orang Asia suka saling menolong terutama ketika kami memiliki masalah. Itu salah satu karakter yang selalu saya junjung penuh.

Di Indonesia kami memiliki simbol sebatang lidi ketika hanya satu dan tidak banyak terikat dalam satu simpul lidi itu tidak bisa digunakan untuk menyapu. Kami orang Indonesia dibesarkan dengan semangat gotong royong saling membantu, sedangkan orang danish dibesarkan dengan didikan individualis dan demokrasi secara militer: saya sudah cuci piring kemarin, kamu cuci piring sekarang, saya yang antar anak ke sekolah, kamu yang jemput anak. Tidak boleh ada pengecualian bila tidak mau sistem yang dibangun runtuh. Di sini kita kekurangan jaringan dimana kita bisa saling membantu.

Saat ini saya tinggal bersama seorang laki-laki yang sangat baik, namanya Michael. Kami bertunangan dan dia sudah saya perkenalkan dengan keluarga saya di Indonesia. Dia adalah laki-laki ketiga setelah perceraian yang saya perkenalkan ke keluarga. Saya merasa keluarga saya tidak dapat memahami dan tidak suka gaya hidup saya, namun secara perlahan mereka bisa menerima. Saya sendiri tidak pernah mendengar saran-saran dari mereka, saya melakukan apa yang saya rasa terbaik untuk saya.

Bekerja sebagai sukarelawan
Terdapat kurang lebih 250 orang Indonesia yang tinggal menetap di Denmark. Saya adalah Ketua Perhimpunan Indonesia Denmark, dan saya membantu orang-orang Indonesia terutama kaum perempuannya untuk dapat berintegrasi dengan masyarakat Denmark. Banyak dari mereka menikah dengan pria Danish, dan mereka tidak pernah membayangkan sebelumnya bagaimana hidup di Denmark. Kebanyakan dari mereka hanya tergantung dari para suaminya saja secara ekonomi.

Kami memang datang dari budaya dimana kaum laki-laki sajalah yang memiliki kewajiban mencari nafkah. Kekeraskepalaan saya untuk mencari nafkah sendiri merupakan hal yang tidak lazim buat perempuan Indonesia. Namun itu semua datang dari bagaimana kami dibesarkan. Ketika datang masalah dengan para suami mereka, dan pernikahan mereka terancam bubar, mereka juga tidak paham apa yang menjadi hak mereka.

Setahun lalu saya membantu 7 orang perempuan Indonesia. Mereka harus belajar bahasa untuk dapat berintegrasi, dan membantu anak-anak mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan juga harus mampu berkomunikasi dengan polisi (bila terjadi sesuatu). Mereka harus paham apa apa yang boleh dan apa yang tidak boleh sesuai norma di sini. Kebanyakan dari mereka ini bersekolah lagi dan saya sangat bangga dan bahagia.

Roti dan Norma
Orang-orang danish tidak suka bila ada pedatang yang melakukan sesuatu secara berbeda. Saya sendiri tetap bukan orang Danish walau saya pemegang paspor Danish. Dan saya selalu merasa sebagai orang Indonesia di manapun saya berada, dan saya berharap bahwa orang-orang danish bisa lebih menghormati perbedaan.

Saya memiliki contoh kasus ketika saya bekerja di bagian penjualan di perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Suatu hari saya membeli roti untuk teman-teman saya di bagian yang sama. Tidak lama kemudian saya dipanggil oleh atasan personalia dan dia bilang: ´´di sini sudah menjadi norma kebiasaan kalau membeli roti belilah untuk semua orang di semua bagian´´. Saya menjadi marah dan berkata: ´´ Jika itu menjadi aturan di sini, harusnya kamu tulis secara jelas dalam kontrak kerja saya, saya tidak bisa pakai apa yang kamu sebut norma itu´´. Ternyata ada seorang staff di bagian lain yang tidak suka karena tidak kebagian roti, alih-alih protes langsung ke saya, dia mengadukan saya ke atasannya.

Harus ada dua orang ketika berdansa
Saya memilki kehidupan yang indah bersama Michael di rumah kami di Skodsborg. Pekerjaan saya juga berkembang baik dan saya memiliki banyak teman-teman danish. Anak-anak saya sudah mandiri. Putra saya dan istrinya memiliki seorang anak-anak laki-laki yang lucu bernama Lukas. Saya berharap saya memiliki hubungan yang baik juga dengan putri saya, namun toh perlu dua orang untuk berdansa.

Dalam 10 tahun ke depan, saya ingin tetap aktif. Saya tertarik aktif di politik dan saya tidak pernah menyesal bergabung dengan parpol Venstre, walau saya merasa tidak begitu berbakat secara politis ketika saya harus berbicara. Namun saya sangat tertarik membantu dari belakang secara administratif.

Saya juga akan meneruskan pekerjaan sukarelawan saya bersama dengan Perhimpunan Indonesia Denmark. Saya juga akan terus aktif berolahraga tenis dan golf. Saya selalu membayangkan bila dulu saya menikah dengan laki-laki Indonesia, mungkin kehidupan saya akan lain dari apa yang saya jalani sekarang. Namun toh hidupmu itu sangat tergantung dengan bagaimana kepribadianmu itu sendiri.

Diterjemahkan dari bahasa Danish oleh Kristina Budiati, sumber: http://www.kvinfo.dk/side/539/?personId=14

Sunday, March 18, 2012

Mengendarai Mobil di Denmark

Terdapat beberapa peraturan khusus lalu lintas yang wajib dipatuhi oleh untuk para pengendara mobil di Denmark.

Denmark sebagaimana negara-negara Uni Eropa lainnya, memiliki beberapa kesamaan peraturan lalu lintas. Posisi setir berada di sebelah kiri, dan posisi kendaraan berada di ruas kanan jalan, dan ruas kiri hanya digunakan ketika hendak menyalip kendaraan di depan. Ketika berkendara di Denmark, kita harus ekstra hati-hati terutama karena banyaknya para pengendara sepeda. Denmark memiliki banyak jalur sepeda, dan jumlah pengendara sepeda bertambah terus setiap tahunnya,dan hak mereka harus didahulukan ketika kita berpapasan dengan mereka di jalan.

Pompa-pompa BBM dapat dengan mudah ditemukan di banyak lokasi, dan sebagian besar difasilitasi mesin pembayar otomatis, sehingga kita tetap dapat mengisi BBM 24 jam. Sebagian besar juga dapat menerima pembayaran secara tunai dan kartu kredit. Untuk para pemegang kartu kredit yang tidak dilengkapi no pin, sebaiknya mintalah no pin ke pihak bank sebelum dapat digunakan di Denmark. Denmark memiliki sistem pembayaran yang modern yang mensyaratkan kartu kredit dengan chip dan no pin.

Surat Ijin Mengemudi
SIM Internasional tidak diperlukan bagi para warganegara yang berasal dari negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Taiwan, Brasil dan Australia. SIM Internasional tidak lebih hanya merupakan terjemahan resmi dari SIM lokal yang dikeluarkan dari negara-negara di luar yang tertulis di atas. Bila kita memiliki SIM Internasional, SIM itu harus selalu disertai dengan SIM lokal kita, dan kita harus juga membawa paspor bila SIM yang kita punya tidak disertai dengan pas photo.

Jalan Tol Berbayar
Jalan-jalan tol di Denmark gratis, namun terdapat 2 jembatan penghubung yang mengharuskan kita membayar cukup mahal: yang pertama adalah Jembatan Storebelt Bridge (Storebælt Bro) yang menghubungkan pulau utama Zealand (Sjælland) dan Fyn (Fyn). Kita harus membayar sekitar 215 Kr. ($38 US) untuk sekali menyeberang, dan jembatan kedua adalah Jembatan Oresund Bridge (Øresundsbroen) yang menghubungkan Denmark dan Swedia, kita harus membayar 260 Kr. ($45 US) setiap kali menyeberang.

Batas Kecepatan Berkendara
Batas-batas kecepatan di Denmark adalah sebagai berikut: maks. 50 km per jam di dalam kota, maks 80 km per jam di jalan biasa antar kota, dan maks 130 km per jam di jalan-jalan tol berjalur 4. Peraturan tentang batas kecepatan sangat ketat berlaku di Denmark dan hukumnya wajib untuk dipatuhi semua pengendara mobil.

Parkir
Semua jenis kendaraan beroda empat di Denmark (termasuk mobil sewaan) harus dilengkapi dengan jam pengontrol parkir berupa plat piringan yang menempel di kaca depan mobil sebelah kanan. Bila mobil kita tidak dilengkapi dengan perangkat ini, sebaiknya belilah terlebih dahulu di tempat-tempat seperti biro perjalanan dan pompa bensin. Parkir di Denmark memiliki batas waktu tertentu, jadi penting sebelum meninggalkan mobil di areal parkir , kita harus mengubah posisi jarum di jam parkir di mobil sesuai waktu kita memulai parkir. Namun saat ini sudah terdapat jam parkir mobil otomatis, jadi kita tidak perlu mengaturnya secara manual. Dia akan menseting waktu berhenti kita secara otomatis saat mesin mobil kita matikan. Hati-hati bila kita memarkir kendaraan di melebihi waktu yang telah ditentukan, kita berisiko tinggi mendapatkan denda yang jumlahnya cukup besar.

Batas alkohol
Denmark sangat ketat soal aturan batas kandungan alkohol dalam darah ketika mengemudikan mobil. Batas resminya adalah 0.05% BrAC (Breath alcohol concentration). Pengemudi yang melanggar batas alkohol ini beresiko tinggi mendapatkan denda yang sangat tinggi dan bahkan dapat dikenakan hukuman penjara.

Pengunaan HP
Menggunakan HP saat mengemudi mobil sangat dilarang, namun penggunaan wireless handfree yang dipasang di dalam mobil sangat dianjurkan.

Sabuk Pengaman
Hukumnya wajib untuk menggunakan sabuk pengaman bagi pengemudi dan semua penumpang di dalam mobil. Anak-anak yang tingginya kurang dari 130 cm harus menggunakan kursi anak yang dilengkapi dengan sabuk pengaman.

Sumber: http://www.danishnet.com/info.php/travel/driving-94.html

Wednesday, February 15, 2012

Kebiasaan aneh orang Indonesia

Banyak orang Danish yang masih sering terheran-heran dengan kebiasaan orang Asia atau Indonesia yang tinggal di sini. Kebanyakan mereka adalah suami atau istri dan keluarganya yang bersaudara dengan orang Indonesia yang kebetulan masuk sebagai anggota keluarga mereka.

Kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia yang mereka anggap ga lazim atau aneh misalnya:

Makan pakai tangan, dan kadang lupa cuci tangan ihhh....

Kalau udah ketemu orang Indonesia lainnya, cepat banget langsung nyambung ngobrol sampai lupa segala-galanya, padahal baru ketemu atau cuma kenal via Facebook.

Kebiasaan saling berkunjung dan makan bersama, walau yang berkumpul itu bukan teman-teman dekat banget, yang penting sama-sama orang Indonesia :)

Suka bergunjing (ini dia nih yang suamiku paling cerewet ke aku). Kalau dia melihat aku sudah terlibat jauh dengan arena pergunjingan, biasanya dia akan bilang ¨jangan ikutan, itu kan bukan urusan kamu, ga ada gunanya ikut-ikutan¨.

Kalau lagi ngomong, suka berebutan ngomong, ga mau mendengar karena senangnya ngomong dan didengar. Ini subyektivitas suami ku ya hehehe (secara dia suka ga sengaja ikutan memperhatikan kalau istri dan teman-temannya pada ngumpul).

Saling pamer harta kekayaan atau hal-hal lainnya yang ga penting, kalau ini kayanya bukan kebiasaan orang Indonesia saja sih, tapi memang kita punya kecenderungan lebih besar bertingkah seperti ini daripada orang Danish nya sendiri.

Takut sama sinar matahari karena takut jadi hitam. Karena kebanyakan orang Danish sendiri benci sama warna kulit mereka yang pucat. Makanya kalau ke Indonesia mereka betul-betul balas dendam menghitamkan kulit mereka :D di bawah sinar matahari.

Nah, ada yang mau nambahin ga, kira-kira kebiasaan orang Indonesia yang dianggap ga lazim sama orang sini?

Saturday, February 11, 2012

Sambungan... Dua Tahun Pertamaku

Uhhh..akhirnya bisa jeda sejenak, dan bisa diam-diam masuk kamar dan duduk tenang di meja kerjaku, sementara suamiku masih asyik ngobrol dengan Henrik keponakannya yang malam minggu ini kami undang makan di sini.

Kebetulan akhir pekan ini aku libur kerja, jadi bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarga di rumah, dan tentunya membereskan pekerjaan rumah tangga yang agak terbengkalai, seperti membersihkan rumah, membereskan tumpukan pakaian bersih (di sini aku sudah mulai tidak maniak menyetrika) hanya kemeja suami, kemeja kerjaku, celana-celana panjang yang masuk daftar HARUS DISETRIKA, selebihnya hanya dilipat manis saja ;)

Syukurlah suamiku tipe suami yang ringan tangan. Melihatku sibuk, dia tanpa aku minta akan membantu membersihkan rumah, atau membantuku mencuci piring bahkan memasak. Rasanya terbantu sekali bila dia ada di rumah.

Aku jadi ingat, pernah ada saat-saat aku harus sendiri tanpa dia. Pertamakalinya adalah ketika dia harus bertugas di Zanzibar Afrika selama kurang lebih dua bulan, dan Haiti selama kurang lebih 6 bulan. Selalu sebelum menjawab Iya terhadap tawaran kerja yang dia dapat, Lars selalu meminta persetujuanku. Dia bilang :¨bila kamu tidak setuju aku pergi, aku tidak akan pergi¨.

Memang terasa berat kala itu buat aku. Bukan karena aku takut harus melakukan semuanya sendirian tanpa bantuannya, tapi lebih karena aku benci rasanya pulang ke rumah, dan tidak ada teman ngobrol yang seru --tempat bertukar pikiran-- seperti biasanya. Namun aku harus mengalahkan ego dan berpikir logis. Saat itu aku belum bekerja, dan satu2nya peluang untuk meneruskan roda perekonomian keluarga adalah Lars harus menerima tawaran pekerjaan itu.

Ketika pergi bekerja jauh dari keluarga, suamiku bilang dia selalu yakin aku bisa melakukan sesuatunya tanpa bantuannya. Dia juga selalu mengingatkan bahwa aku tidak sendirian di Denmark. Keluarga besarnya selalu ada buat aku. Ya aku memang tidak sendirian di sini, selain keluarga besar Møller, aku juga punya teman2 Indonesia yang siap membantuku ;)

Aku menjalani kesendirianku dengan berani. Aku bilang ke Lars: ¨Pergilah, ini kesempatan baik buat kamu dan juga buat aku dan Bintang. Jangan kuatir aku bisa menjaga diriku dan Bintang baik-baik selama kamu tidak ada¨.

Kesendirian memaksa aku bergerak lebih cepat dan mandiri dalam mengambil keputusan. Alhamdulilah aku bisa menjalaninya dengan baik dan beruntung diberi kesempatan oleh Tuhan untuk ¨sendirian¨ sesaat karena aku jadi lebih mandiri dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Setelah tugas di Haiti selesai, Lars mendapat tawaran kerja di Denmark yaitu di salah satu kommune di bagian Lingkungan Hidup, pekerjaan yang memang sesuai dengan minatnya. Untuk sementara dia tidak akan berpetualang lagi di luar Denmark. Namun kami berdua tidak pernah tahu apa yang terjadi ke depan. Bila pun dia harus pergi lagi, aku siap. Ini bagian dari konsekuensi menikahinya. Toh aku sudah lebih siap kali ini dan sudah teruji pula :)

Monday, February 6, 2012

Dua tahun pertamaku

Ngga terasa sudah masuk bulan Pebruari, berarti sebentar lagi di akhir bulan aku sudah memasuki tahun kedua tinggal di Denmark.

Aku dan keluarga (Lars dan Bintang) tiba di Denmark akhir Pebruari 2010. Ketika itu aku masuk ke Denmark dengan mengantongi visa turis 3 bulan.

Sesampainya kami di Denmark, aku dan suami bergegas mengurus semua hal yang berkaitan dengan ijin tinggal 2 tahun pertamaku. Waktu itu aku sempat kuatir karena kami masih tinggal menumpang di rumah mamanya Lars. Untung peraturan menyatakan boleh tinggal bersama orangtua asal bisa membuktikan dengan dokumen2 rumah yang sah.

Setelah semua dokumen siap, kami berdua mengantarkannya sendiri ke bagian pelayanan orang asing di kantor polisi di Slagelse (kota domisili kami). Waktu itu proses pembuatannya belum dikenakan biaya seperti sekarang. Kami diminta untuk menunggu kabar selanjutnya tentang ijin tinggalku. Walau visa turisku habis masa berlakunya di bulan Mei 2010, aku masih diperbolehkan untuk tinggal di Denmark karena statusku yang menunggu proses ijin tinggal pertamaku.

Alhamdulilah di akhir Mei 2010, aku sudah mengantongi ijin tinggal pertama untuk 2 tahun pertama. Dengan ijin tinggal itu aku memiliki hak untuk mendapatkan sekolah bahasa gratis, bekerja, dan pelayanan sosial lainnya. Pintu pertama sudah terbuka.

Aku memasukinya dengan memulai mempelajari bahasa Danish. Tantangan yang luar biasa, karena bahasa yang satu ini tidak bisa dibilang mudah. Aku masuk pendidikan bahasa 3 (Dansk Uddanelse 3) dan dimulai dengan modul 1. Sekolah bahasa ini aku jalani secara rutin layaknya sekolah biasa: dari jam 8.15 pagi hingga 2 siang.

Kenapa kok belajar bahasa Danish itu penting? Karena bahasa Danish adalah pintu utama yang membuatmu nyaman tinggal di negara ini. Walau banyak warga Denmark handal berbahasa Inggris, namun mereka akan lebih menghormati bila kita mampu berkomunikasi dalam bahasa Danish. Selain itu kemampuan bahasa Danish menjadi kunci pembuka pintu-pintu peluang lainnya: seperti misalnya melanjutkan sekolah atau bekerja.

Kenapa kok harus kerja? Iyalah, kita harus menghasilkan uang di negara ini. Selain karena kebutuhan ekonomi pribadi, apa-apa serba mahal di sini :( Negara juga mendorong penduduknya untuk berkontribusi secara aktif dalam pemasukan pajak negara. Uang pajak itulah yang kembali dalam bentuk sekolah gratis, RS gratis, jalan tol gratis, dsb.

Aku mulai hunting cari kerja sejak aku mulai masuk modul 3 di sekolah bahasa. Susahnya minta ampun. Ratusan lebih surat penolakan aku terima. Paling banter pun hanya masuk interview awal. Kendala utamanya adalah kemampuan bahasa danishku yang masih belum bagus, sementara banyak orang2 Danish juga sedang berburu pekerjaan yang sama. Stress pun mulai melanda. Rasa percaya diriku melotot drastis.

Namun aku tidak berhenti berusaha. Tanya kiri kanan, akhirnya di akhir bulan Juni 2011 ada seorang kawan satu sekolah yang menawari pekerjaan di kafe kecil yang berada di dalam kebun penjualan bunga mawar. Walaupun sama sekali tidak memiliki pengalaman di restoran sebelumnya, aku memberanikan diri mengambil tantangan ini.

Aku bekerja di sana selama musim panas Juni hingga akhir Agustus 2011. Banyak hal baru aku pelajari. Bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga sosial budaya berinteraksi langsung dengan banyak orang2 Danish.

Alhamdulilah lambat laun bahasa danishku mulai terasah. Di saat yang sama aku mencoba-coba melamar sebagai tenaga penerjemah paruh waktu di kantor polisi. Gayung bersambut, mereka memanggilku untuk interview dan tes, karena mereka masih membutuhkan penerjemah dari Indonesia. Setelah interview dan tes, aku dinyatakan lulus dan mendapat nomor resmi penerjemah dari pihak kepolisian. Namaku terdaftar resmi sebagai tenaga penerjemah!

Pekerjaan ini aku lakukan di waktu senggang ketika sedang off bekerja di restoran. Lumayan lah selain melatih keberanian, aku juga mengasah terus kemampuan bahasa Danish yang aku pelajari di sekolah (selain tentunya menambah uang belanja ;) )

Musim panas 2011 berakhir, tempatku bekerja harus tutup untuk sementara, karena musim dingin mulai menjelang. Praktis aku kehilangan pekerjaan yang memberiku penghasilan. Stress mulai pun melanda lagi. Aku segera sibuk mencari pekerjaan baru. Bersepeda keliling menawarkan CV ke semua tempat menjadi aktivitas rutinku hampir tiap hari. Banyak orang angkat topi untuk usahaku ini.

Di puncak kegalauanku aku ingat masih punya simpanan perhatian dari pihak job centre Slagelse, karena sejak aku tinggal di Denmark mereka terkesan cuek dan tidak pernah menanyakan kondisiku samasekali. Hanya lewat pos saja mereka berkomunikasi denganku, hanya untuk urusan tandatangan kontrak integrasi :(

Aku telpon mereka dan menyatakan ingin bertemu. Di dalam pertemuan pertama, protes pertama yang aku lempar adalah "kemana saja selama ini, kok ga ada perhatian sama sekali?" Jawab mereka malah membuatku tambah kesal, mereka bilang pihak sekolah bahasa bilang kamu pandai dan bisa mencari pekerjaan sendiri. Jadi tidak perlulah kami membantumu. Aku tidak bisa menerima alasan ini, dan dengan sedikit menekan meminta mereka mencarikan aku pekerjaan. Aku ingat saat itu konsulerku bertanya "pekerjaan apa yang kamu inginkan?" aku jawab: "manager". Dia tersentak dan menjawab: "sabar lah kami belum bisa mencarikan pekerjaan untuk level itu karena mengingat kamu belum selesai sekolah bahasa". Akhirnya di ujung pertemuan mereka berjanji mencarikan pekerjaan (apa saja asal halal) untuk aku. Tanpa bisa protes berpanjang lebar aku menerima tawaran mereka.

Hanya satu hari berselang setelah pertemuan dengan job centre, akhir september 2011 aku sudah terdampar di Danhostel Korsør (sejenis tempat penginapan, tempat kursus, rapat, pesta, dsb). Sebagaimana pendatang lainnya dari Thailand, Cina, Vietnam dan Somalia, pekerjaan awal yang harus aku lakoni adalah sebagai cleaning service yang harus membersihkan kamar, lantai, dapur, jendela, termasuk membersihkan toilet. Terus terang aku benci pekerjaan ini, namun aku tak punya pilihan lain. Ini adalah pintu yang harus aku masuki dengan sabar dan ikhlas.

Alhamdulilah hanya kurang dari 3 hari, pintu lain terbuka untukku. Setelah mengamatiku selama 3 hari :) mereka menawari aku membantu bekerja di kantor dan sekali-kali membantu menyiapkan makanan pagi buat para tamu. Selamat tinggal toilet :)

Pekerjaan sebagai asisten kantor/ resepsionis merangkap pembuat sarapan pagi inilah yang aku lakoni hingga saat ini, sambil sekali-kali aku masih mengerjakan order terjemahan.

Ternyata benar juga kata orang tua bahwa hidup akan terasa berat bila kita melakoninya dengan keluh kesah, dan akan terasa ringan bila kita menjalaninya dengan sabar dan tidak berputus asa.

Peran keluarga sangat berperan penting buat aku. Suami yang penuh perhatian menjadi kekuatan utamaku. Walau dia tak pernah selalu ada di sampingku karena juga harus mencari nafkah (bahkan hingga jauh ke belahan dunia yang lain), namun caranya menjalankan peran suami selalu mampu membuatku bertahan. Aku sungguh tidak keliru memilihnya sebagai pendamping hidup :).

Negara ini (dan suamiku) membuatku lebih kuat dan mandiri sebagai pribadi. ...bersambung ...

Thursday, January 26, 2012

Setahun pun telah berlalu tanpa kata

Setahun pun berlalu, tanpa terasa aku sudah memasuki akhir tahun ke dua tinggal di Denmark.

Hari-hari tanpa terasa berjalan begitu saja. Rutinitas aktivitas sehari-hari membuat aku sering tak punya waktu luang yang memadai. Sejak setahun yang lalu, blog ini praktis nyaris mati, absen berkepanjangan dari cerita-cerita kehidupan yang aku jalani di sini.

Tentu selalu ada pembenaran yang aku buat untuk kemalasan ini : ´´aku simpan dan tulis semua cerita ini dalam otak ..dan kapan-kapan pasti aku tulis´´. Begitu terus..hingga peristiwa demi peristiwa penting berlalu dan tak pernah betul-betul aku tuangkan dalam tulisan di blog ini. Paling-paling aku alihkan ke status Facebook ku ;) karena ngga banyak membutuhkan waktu untuk duduk tenang berlama-lama di depan komputer.

Namun yang sering membuat aku terkejut adalah: aku masih sering menerima e-mail perkenalan dari orang-orang Indonesia yang mampir dan membaca blogku ini. Banyak di antaranya menanyakan hal-hal yang berkaitan tentang belajar bahasa Danish, bekerja dan menempuh studi di Denmark. Terus terang aku bukan pakar soal Denmark, namun bila aku punya cukup banyak waktu luang, aku sangat senang sekali membantu teman-teman baru ku ini mendapatkan info yang mereka butuhkan.

Semoga ke depan aku bisa lebih disiplin menulis dan memberikan info-info yang berguna tentang Denmark. Untuk teman-teman yang ingin tahu seluk-beluk tentang Denmark, silakan baca-baca informasinya di www.nyidanmark.dk dan klik versi Bahasa Inggrisnya.