Translate

Wednesday, December 15, 2010

Tradisi Natal yang menyatukan

Walaupun kami sekeluarga bukan penganut ajaran agama tertentu, mengikuti tradisi perayaan Natal merupakan suatu hal menarik yang tidak bisa kami lewatkan begitu saja.

Kali ini giliranku untuk menikmatinya sebagai suatu pengalaman budaya baru, karena suamiku selama kami hampir 7 tahun tinggal di Indonesia sudah kenyang merasakan berbagai pengalaman terkait dengan perayaan agama tertentu, misalnya: Idul Fitri (sempat mencoba ikutan saur dan puasa sehari penuh), Idul Adha (sampai ikutan beli kambing satu ekor!), Imlek, Nyepi, dan sebagainya.

Kenapa aku bilang budaya baru? Karena ini pertama kalinya aku merasakan suasana Natal di Denmark dan perayaan Natal di sini bukan hanya dirayakan oleh penganut agama Kristen saja tapi hampir semua penduduk termasuk muslim, hindu, budha, bahkan atheis ikut serta menyemarakkan suasana.

Perayaan Natal di Denmark memang jauh dari kesan religius. Aku sempat kaget ketika seorang kawan muslim yang berasal dari Afganistan bercerita bahwa dia sudah memasang pohon Natal di apartemennya. Karena penasaran aku pun bertanya apa tidak aneh untuk seorang muslim seperti dia memasang pohon terang di rumahnya? Apakah tidak ada larangan dari ajaran agamanya? Dia tersenyum dan menjawab: ya ada beberapa orang yang seperti itu, tapi aku memilih untuk tidak ambil pusing dan menikmati perbedaan ini dengan santai.

Suatu pernyataan yang cukup langka aku dengar, dan aku menghormatinya sangat. Dia dalam kesehariannya adalah seorang muslim yang taat: sholat 5 waktu, puasa ramadhan, puasa menjelang Idul Adha, tidak makan babi, tidak minum alkohol TAPI MEMASANG POHON TERANG DI RUMAHNYA :). Bagi dia agama adalah konsumsi wilayah pribadi tidak ada seorangpun yang bisa mempengaruhi apa yang harus dia lakukan sebagai seorang muslim di Denmark.

Perayaan Natal merupakan tradisi tahunan yang oleh beberapa orang Denmark tidak hanya dilihat sebagai suatu perayaan agama Kristiani namun juga secara historikal kultural dengan budaya skandinavia misalnya: nisse, yule goat, gløgg, yule log, dan yule boar.

Natal di Denmark dikenal dengan nama Jule yang secara historikal samasekali tidak terkait dengan ajaran agama Kristen. Jul merupakan festival perayaan musim dingin (winter fest) yang dirayakan tepat pada tanggal 25 Desember ( sesuai penanggalan Julian). Namun dalam perkembangannya di Denmark perayaan ini diadopsi dalam perayaan Natal umat Kristen namun tetap dengan menggunakan nama Jul. Jadi ketika kita mengucapkan selamat Natal di Denmark, maka kita akan mengucapkan:

GLÆDELIG JUL!!

Friday, December 10, 2010

There is no such thing as bad weather ...


Tahun ini merupakan pertamakalinya aku merasakan perubahan musim di Denmark. Ketika datang sekitar awal Maret 2010 musim dingin di Denmark tengah berakhir walaupun masih menyisakan satu – dua minggu salju. Saat itu merupakan kelanjutan musim dingin 2009 yang panjang.

Kemudian di awal penghujung April 2010 kami merasakan betapa indahnya musim semi. Pucuk-pucuk daun dan bunga mulai bermekaran menyambut hangatnya mentari. Warna-warna kontras alam begitu menawan hati memberikan semangat baru menuju ke musim panas yang sangat dinanti.

Juli hingga September 2010, merupakan musim panas terhangat yang pernah aku rasakan. Suhu udara bahkan pernah mencapai 35 derajad celcius! Tentu orang-orang di sini menikmati anugrah kehangatan ini dengan semestinya: beraktivitas di luar rumah memenuhi rongga paru-paru mereka dengan segarnya aroma alam musim panas sembari mencoklatkan kulit mereka yang pucat.

Sayang, musim panas harus berganti menjadi musim gugur ketika September mulai berakhir. Namun keindahan alam masih sangat menawan kala perubahan musim kita amati dengan semua indera yang kita miliki. Warna-warna kontras : kuning, merah, oranye, coklat, lila mulai bermunculan. Pohon-pohon mulai meranggas kedinginan menanggalkan daun-daunnya dan beterbangan ditiup angin. Betul-betul musim yang dapat membangkitkan aura sentimentil.

Perubahan-perubahan yang kuamati begitu tegas batasnya, walau bagi beberapa orang semua ini biasa dan tidak istimewa . Sama misalnya dengan kita yang sudah terbiasa hidup dalam 2 musim di Jakarta, berangkat dan pulang bekerja di tengah sumpeknya lalu lintas, polusi udara, dan sebagainya. Batas-batas perubahan menjadi blur dan tidak begitu menarik untuk diulas.

Kini musim dingin di Denmark telah tiba dengan segenap hati: hujan salju dan suhu udara yang drop di bawah nol derajad celcius menyebabkan kekacauan transportasi udara dan darat. Jadwal penerbangan menjadi berantakan, serta kereta dan bis datang terlambat mengantar penumpang ke tempat tujuan.

Namun lepas dari semua kesulitan yang disebabkan oleh musim dingin, semuanya masih baik-baik saja. Aku tetap sehat, jarang sakit dan yang terpenting tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hariku dengan dengan baik.

Jadi tidak ada istilah musim atau cuaca yang buruk, karena semuanya tergantung seberapa tebal pakaian yang Anda kenakan. Terjemahan bebas dari peribahasa masyarakat yang hidup dalam 4 musim:
´´ There is no such thing as bad weather – it is a question at how you dress ´´
.