Translate

Saturday, March 31, 2012

Hubungan Bilateral Indonesia - Denmark

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Denmark mulai dijalin sejak tahun 1950. Walau pada tahun 1965 Kedutaan Besar Indonesia untuk Denmark sempat ditutup dan baru dibuka kembali pada tahun 1974, namun secara umum hubungan antara dua negara ini terjalin baik dan menunjukkan perkembangan secara positif.

Denmark secara hangat menerima perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia paska krisis 1998, dan melihat perkembangan demokrasi Indonesia sebagai suatu perkembangan baik dan memposisikan Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang teramat penting, terutama di peta dunia Islam.

Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Denmark dibangun berlandaskan Perjanjian Perdagangan yang ditandatangani di Kopenhagen 9 Desember 1952. Dari tahun ke tahun, nilai volume perdagangan antara dua negara ini terus berkembang. Pada tahun 2008, nilai perdagangan bilateral antara dua negara bernilai 273,47 juta US Dolar dengan surplus di pihak Indonesia bernilai 68,3 juta US Dolar. Pada tahun 2009, nilainya bertambah menjadi 285,47 juta US Dolar dengan surplus untuk Indonesia sebesar 133,8 juta US Dolar. Pada tahun 2010 nilainya meloncat lagi menjadi 348,5 juta US Dolar dengan surplus untuk Indonesia sebesar 11,82 juta US Dolar.

Ekspor Indonesia ke Denmark didominasi oleh produk sepatu, minyak goreng, produk-produk hutan, tembakau, dan baja. Sementara Indonesia mengimpor dari Denmark produk-produk farmasi, kimia, mesin, elektrik, daging, produk olahan susu, dan ikan.

Di sektor investasi sesuai data investasi asing dari Badan Koordinasi Pengembangan Modal (BKPM) tercatat pada tahun 2009 Denmark sebagai negara nomor 30 dalam urutan negara-negara investor terbesar di Indonesia dengan nilai 1,1 juta US Dolar untuk 2 proyek. Perusahaan.perusahaan berskala besar yang beroperasi di Indonesia termasuk diantaranya perusahaan pelayaran AP Møller/Mærsk Line dan ECCO perusahaan sepatu internasional.

Pemerintah Denmark berencana untuk menyiapkan bantuan pembangunan untuk Indonesia melalui Bank NORDEA Denmark dengan dukungan dari kementerian luar negeri Denmark dan Badan Bantuan Pembangunan Denmark- the Danish International Development Agency (Danida). Bantuan berupa pinjaman dari pemerintah Denmark itu digunakan untuk mendanai proyek Sistem Pelaporan Pelayaran dalam sistem navigasi pelayaran Indonesia termasuk kegiatan pelatihan, perawatan, dan suku cadang.

Beberapa proyek pembangunan yang masih terus berlangsung antara Indonesia dan Denmark antara lain kegiatan dukungan untuk program-program lingkungan hidup tahap 1 dan 2, dan juga program B to B sektor lingkungan hidup, Kebijakan Anti Korupsi Danida, penanggulangan terorisme dan program hak asasi manusia.

Disarikan dari berbagai sumber oleh Kristina Budiati.

Saturday, March 24, 2012

Kisah Inspiratif Janti Von Holdt (Ketua Perhimpunan Indonesia-Denmark)


Jatuh Cinta dengan Pria Bule
Pengalaman awal saya dengan yang namanya rasisme malah terjadi pada saat saya berada di tanah air sendiri. Saat itu usia saya baru 17 tahun, saya sedang berada di kota dan bertemu dengan seorang pria Danish. Dia bekerja untuk perusahaan ØK di Jakarta. Hubungan kami terjalin secara sembunyi-sembunyi, sampai ibu saya menemukan fotonya dan meminta untuk diperkenalkan dengannya. Ibu suka padanya, namun tidak tetangga-tetangga sebelah rumah kami yang kerap berteriak ´´bule..bule`` kepadanya. Di Indonesia kata ´´bule´´ menjadi semacam panggilan mencemooh kepada warga asing yang berkulit putih.

Saat itu sekitar tahun 1970, hanya ada beberapa orang asing yang tinggal di Jakarta, dan saya satu-satunya anak perempuan yang ke sana ke mari dengan seorang pria asing. Namun sudah terlambat untuk mundur karena kami berdua sudah kadung saling jatuh cinta.

Saya dibesarkan tanpa pengetahuan samasekali tentang seksualitas dan alat kontrasepsi. Saat melakukan hubungan seksual pertamakali, saya pun hamil. Keluarga saya meminta saya untuk segera menikah. Saat itu pacar saya masih terikat kontrak kerja 3 tahun pertama, dimana dia tidak boleh menikah. Namun untungnya semua dapat diatur oleh atasannya yang baik hati.

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim, namun saat itu dua orang dengan beda agama masih bisa menikah (berbeda dengan saat ini).

Saya tidak dididik untuk menjadi seorang ibu dan istri yang baik, namun dididik menjadi pribadi yang mandiri yang dapat menunjang diri saya sendiri. Ibu saya sendirilah yang mengajarkan bagaimana caranya untuk dapat mandiri. Dia seorang Pengawas Sekolah dan di saat yang bersamaan membesarkan 10 orang anak, 7 perempuan dan 3 laki-laki. Ketika dia mendapati bapak saya memiliki pacar lagi, dia memasukkan semua pakaian bapak ke dalam dua kantong plastik dan meletakkannya di depan pintu depan rumah dan meminta bapak untuk pergi. Hari pertama setelah pernikahan saya, ibu baru mengajarkan saya bagaimana caranya memasak.

Belajar Bahasa Danish dengan taruhan
Saya mengunjungi bakal mertua pada tahun 1970 di Sønderjylland. Saya membeli sebuah jaket hangat ketika saya keluar dari pesawat. Mereka tampak terkejut ketika melihat saya, mereka pikir saya hanya akan berpakaian ala kadarnya. Setahun kemudian saya datang lagi untuk melahirkan putra pertama kami. Saya berbaring di RS Tønder bersama dengan 6 perempuan lainnya, dan saat itu saya samasekali tidak mengerti satu katapun dalam bahasa Danish.

Ketika kamu melahirkan bayi di Indonesia, keluarga akan sangat memanjakanmu. Namun itu tidak terjadi di sini. Empat jam setelah melahirkan datang seorang perawat tinggi besar meminta saya untuk turun dari ranjang. Saya bilang ke suami dan keluarganya, kalau saya tidak segera keluar dari RS itu matilah saya. Pada tahun 1974 saya melahirkan putri saya, dan saya memilih untuk melahirkan di RS di Jakarta.

Perasaan tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga suami membuat saya frustasi, dan saya sadar bahwa saya harus belajar bahasa danish. Suatu malam ketika kami diundang makan di acara perusahaan ØK, seorang danish yang kebetulan merupakan kepala cabang di perusahaan itu berkata bahwa saya tidak akan pernah bisa berbicara dalam bahasa danish karena menurutnya bahasa itu terlalu sulit bagi saya.

Pernyataannya itu memprovokasi saya, dan saya membuat taruhan dengannya. Perjanjiannya adalah kalau saya dapat menguasai bahasa danish dalam beberapa bulan, maka dia akan membayar semua biaya perpanjangan libur kami. Kasihan sekali suami saya yang tampak kuatir saya tidak dapat memenangkan pertaruhan.

Saya datang ke Denmark bersama putri kecil saya, dan saya titipkan dia ke mertua sebelum saya berangkat ke Kopenhagen. Di sana saya tinggal bersama orangtua sahabat saya di Frederiksberg. Tinggal sendirian di kamar yang sedingin es dan toilet berada di kebun luar merupakan sebuah mimpi buruk. Setiap hari saya pergi ke sekolah bahasa intensif di AIS Skindergade. Saya dinyatakan lulus setelah 3 bulan sekolah dan mendapatkan ijasah yang menyatakan saya dapat berbicara Danish.

Saya memenangkan taruhan, dan kepala bagian itu membayar semua pengeluaran yang berkaitan dengan liburan kami. Dia menepati janjinya.

Mendirikan Taman Kanak-kanak di Arab Saudi
Tahun 1976 kami meninggalkan Indonesia, dan setelah sementara waktu menetap di Denmark, kami ditempatkan ke Saudi Arabia. Kami tinggal di Jeddah di mana nyaris tidak ada sesuatupun yang bisa saya lakukan. Di sana saya sangat tergantung kepada suami. Saya merasa sangat bosan, hingga akhirnya saya mendapatkan ide untuk membentuk sebuah taman kanak-kanak.

Bersama dengan dua orang perempuan lainnya dari Filipina, kami bersama-sama mendirikan dan mengelola taman kanak-kanak di Jeddah untuk anak-anak dari berbagai bangsa. Kami menghasilkan uang, dan anak-anak kami mendapatkan teman-teman bermain.

Setelah dari Arab Saudi, kami tinggal lagi di Denmark selama setengah tahun sebelum ditempatkan di Thailand. Di Thailand saya membeli seekor kuda dan rutin melakukan kegiatan menunggang kuda dan juga tenis. Saya berpikir saya harus melakukan sesuatu, karena itu saya bekerja secara sukarela di sebuah panti asuhan beberapa hari dalam seminggu. Saya harus melakukan sesuatu yang nilainya lebih daripada sekedar menghasilkan uang semata.

Ketika saya di Thailand saya juga mendapatkan beberapa pekerjaan paruh waktu seperti dari Berlingske Tidendes rejseguide (salah satu koran nasional di Denmark). Dalam kaitan dengan pekerjaan itu, bertemulah saya dengan seorang perempuan danish yang kedepannya menjadi atasan saya di Denmark. Juga ketika Y.P.O organisasi pariwisata internasional menyelenggarakan seminar di Bangkok, saya didaulat menjadi Kepala Bagian Informasi yang mengatur 60 pemandu wisata dari seluruh dunia. Dalam waktu tiga minggu saya banyak belajar tentang bisnis dan perbedaan budaya, suatu pengetahuan yang bernilai lebih dari hanya uang. Sampai saat ini saya masih kerap mendapatkan kartu natal dari para peserta seminar tersebut.

Pindah menetap di Denmark
Anak-anak kami harus masuk sekolah danish. Putra kami harus masuk sekolah asrama di Herlufsholm. Sebetulnya saya sangat menentang, namun itu sudah menjadi tradisi di perusahaan suami. Ketika tiba giliran putri kami, saya menentang keras, saya tidak ingin dia dipisahkan dari saya, karena itulah kami memutuskan untuk pindah ke Denmark. Saya datang lebih dahulu, baru kemudian suami menyusul. Kami mulai menetap di Denmark pada tahun 1985. Praktis saya mengatur semuanya sendirian. Pertamakali yang saya lakukan adalah menjemput putra kami pulang kembali ke rumah dari sekolah asramanya di Herlufsholm. Kami pindah ke sebuah apartemen, dan anak-anak saya masukkan ke sekolah negeri di Kildegaard.

Ibu mertua saya pernah bilang: ´´Ya beginilah yang biasa kami lakukan di Denmark´´. Saya naif pada saat itu dan hanya mengamini segalanya yang dia bilang sampai saya sadar bahwa itu semua hanya omong kosong. Kita tentu saja dapat melakukan sesuatu secara berbeda, bahkan tidak semua orang danish makan daging dengan saus dan kentang. Saya menjadi terprovokasi oleh pernyataan itu. Ketika putri saya Anita saat itu 11 tahun berkata: ´´ma, kamu harus datang dengan kue ketika datang ke kelas seperti ibu-ibu lainnya´´. Saya datang ke sekolahnya hari Jumat sambil membawa dua kue yang saya beli dan saya masukkan ke dalam kantung plastik biru dan pink dan saya juga taruh permen-permen di dalamnya. Kue yang saya bawa harus tampak beda.

Juga ketika Anita meminta saya mengadakan pesta ulangtahun dan mengundang teman-temannya. Kami menulis undangan dan mengirimkannya. Keesokkan harinya guru kelas berkata bahwa dia menerima surat dari salah satu orangtua murid yang marah karena putri mereka tidak kami undang. Guru kelas itu bersikeras saya harus datang ke sekolah untuk bertemu dengan orangtua tersebut dan berkata : ´´Di Denmark kita harus mengundang seluruh kelas´´. Ketika dia bilang begitu, saya menjadi marah. Saya bilang padanya bahwa saya dan anak-anak saya telah tinggal di berbagai macam negara dan mengikuti berbagai kegiatan sosial dan tidak pernah punya masalah seperti ini. Ini keputusan saya untuk tidak mengundang seluruh kelas, karena kami tidak punya cukup ruangan untuk 24 orang anak.

Perceraian
Ibu mertua saya bilang bahwa tidak mungkin saya mendapatkan pekerjaan di Denmark. Namun setelah dua bulan kami tinggal di Denmark, saya mendapatkan pekerjaan dari seorang perempuan yang saya pernah kenal ketika kami tinggal di Thailand. Dia adalah orang danish pertama yang yakin bahwa kami orang Asia dapat bekerja bersama-sama dengan orang Danish. Dia memperkerjakan saya di perusahaannya dan mengirimkan saya ke kursus pembukuan keuangan. Saya menjadi seorang akuntan dan bekerja selama 3 tahun di perusahaan itu sampai perusahaan itu dijual dan saya harus mencari pekerjaan baru.

Saya mendapatkan beberapa tawaran pekerjaan, dan saya memilih pekerjaan sebagai asisten keuangan di UNISHIP. Kami pindah rumah ke Vangede, namun saat itu kondisi pernikahan saya memburuk. Suami saya kerap bepergian karena urusan kerja, dan ketika dia di rumah, dia selalu lelah. Saya bekerja penuh setiap hari, sekolah malam 3 kali dalam seminggu, merawat rumah dan anak-anak. Setiap hari Jumat saya memasak sekaligus untuk satu minggu. Saya merasa seperti mesin yang harus bisa menyelesaikan semuanya sendirian. Saya merasa saya harus mengerjakan sesuatu 10 kali lebih baik dari orang danish sendiri. Itu cara saya untuk dapat berintegrasi di Denmark.

Saya meminta cerai. Suami saya tidak dapat mengerti keinginan saya tersebut, namun kami sudah jauh berjarak satu sama lain, dan anak-anak sudah tumbuh dewasa. Dia sebenarnya laki-laki yang baik, dan saya juga merasa tidak akan bisa mendapatkan laki-laki lain yang bisa mencintai saya seperti dia mencintai saya.

Saya menyewa apartemen kecil di Kopenhagen. Beberapa hari setelah kepindahan saya, kakak laki-laki saya menelpon dari bandara dan meminta saya menjemputnya. Dia meminta saya berkemas dan mengajak saya pulang ke Indonesia. Denmark bukanlah negara saya, dan saya tidak memiliki masa depan di sini sebagai seorang perempuan yang bercerai. Namun keesokkan harinya kakak saya pulang lagi ke Indonesia dengan tangan hampa. Sejak saat itu kami tidak berkomunikasi hingga setengah tahun karena di Indonesia kakak laki-laki tertua secara hirarki mendapatkan tempat teratas yang harus selalu dihormati dan didengar oleh adik-adik perempuannya.

Kekasih di Aarhus
Setahun setelah perceraian, saya mendapatkan pekerjaan freelance dari salah satu perusahaan tembakau skandinavia. Mereka hendak membuat film dokumenter tentang Indonesia. Dalam kaitan dengan pekerjaan itulah, saya bertemu seorang pria dari Aarhus dan kami saling jatuh cinta. Dia memiliki pekerjaan bagus sebagai kepala pembelian di Aarhus, dan saya meninggalkan pekerjaan dan tempat tinggal saya di Kopenhagen untuk pindah bersamanya di Aarhus. Saya merintis usaha saya sendiri mengirim produk-produk seperti furniture dari Indonesia dan menjualnya di negara-negara Skandinavia.

Semuanya berjalan lancar, dan kami memutuskan untuk menikah, namun tiba-tiba dia meninggal dunia karena serangan jantung. Pada malam yang sama ibunya pindah dan menetap di rumahnya. Saya telah mencurahkan semua harta yang saya miliki dari bekerja keras 20 jam perhari untuk perusahaan itu. Setelah beberapa tahun saya jual perusahaan dan kembali ke Kopenhagen.

Budaya Asia dan Danish
Saya membeli sebuah apartemen kecil di Søborg dan saya mendapatkan pekerjaan sebagai kepala eksport di sebuah perusahaan. Pekerjaan itu merupakan pekerjaan terbaik yang pernah saya lakoni, dan saya bekerja di sana selama 8 tahun. Di perusahaan itu banyak orang dari Asia. Orang-orang Asia suka saling menolong terutama ketika kami memiliki masalah. Itu salah satu karakter yang selalu saya junjung penuh.

Di Indonesia kami memiliki simbol sebatang lidi ketika hanya satu dan tidak banyak terikat dalam satu simpul lidi itu tidak bisa digunakan untuk menyapu. Kami orang Indonesia dibesarkan dengan semangat gotong royong saling membantu, sedangkan orang danish dibesarkan dengan didikan individualis dan demokrasi secara militer: saya sudah cuci piring kemarin, kamu cuci piring sekarang, saya yang antar anak ke sekolah, kamu yang jemput anak. Tidak boleh ada pengecualian bila tidak mau sistem yang dibangun runtuh. Di sini kita kekurangan jaringan dimana kita bisa saling membantu.

Saat ini saya tinggal bersama seorang laki-laki yang sangat baik, namanya Michael. Kami bertunangan dan dia sudah saya perkenalkan dengan keluarga saya di Indonesia. Dia adalah laki-laki ketiga setelah perceraian yang saya perkenalkan ke keluarga. Saya merasa keluarga saya tidak dapat memahami dan tidak suka gaya hidup saya, namun secara perlahan mereka bisa menerima. Saya sendiri tidak pernah mendengar saran-saran dari mereka, saya melakukan apa yang saya rasa terbaik untuk saya.

Bekerja sebagai sukarelawan
Terdapat kurang lebih 250 orang Indonesia yang tinggal menetap di Denmark. Saya adalah Ketua Perhimpunan Indonesia Denmark, dan saya membantu orang-orang Indonesia terutama kaum perempuannya untuk dapat berintegrasi dengan masyarakat Denmark. Banyak dari mereka menikah dengan pria Danish, dan mereka tidak pernah membayangkan sebelumnya bagaimana hidup di Denmark. Kebanyakan dari mereka hanya tergantung dari para suaminya saja secara ekonomi.

Kami memang datang dari budaya dimana kaum laki-laki sajalah yang memiliki kewajiban mencari nafkah. Kekeraskepalaan saya untuk mencari nafkah sendiri merupakan hal yang tidak lazim buat perempuan Indonesia. Namun itu semua datang dari bagaimana kami dibesarkan. Ketika datang masalah dengan para suami mereka, dan pernikahan mereka terancam bubar, mereka juga tidak paham apa yang menjadi hak mereka.

Setahun lalu saya membantu 7 orang perempuan Indonesia. Mereka harus belajar bahasa untuk dapat berintegrasi, dan membantu anak-anak mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan juga harus mampu berkomunikasi dengan polisi (bila terjadi sesuatu). Mereka harus paham apa apa yang boleh dan apa yang tidak boleh sesuai norma di sini. Kebanyakan dari mereka ini bersekolah lagi dan saya sangat bangga dan bahagia.

Roti dan Norma
Orang-orang danish tidak suka bila ada pedatang yang melakukan sesuatu secara berbeda. Saya sendiri tetap bukan orang Danish walau saya pemegang paspor Danish. Dan saya selalu merasa sebagai orang Indonesia di manapun saya berada, dan saya berharap bahwa orang-orang danish bisa lebih menghormati perbedaan.

Saya memiliki contoh kasus ketika saya bekerja di bagian penjualan di perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Suatu hari saya membeli roti untuk teman-teman saya di bagian yang sama. Tidak lama kemudian saya dipanggil oleh atasan personalia dan dia bilang: ´´di sini sudah menjadi norma kebiasaan kalau membeli roti belilah untuk semua orang di semua bagian´´. Saya menjadi marah dan berkata: ´´ Jika itu menjadi aturan di sini, harusnya kamu tulis secara jelas dalam kontrak kerja saya, saya tidak bisa pakai apa yang kamu sebut norma itu´´. Ternyata ada seorang staff di bagian lain yang tidak suka karena tidak kebagian roti, alih-alih protes langsung ke saya, dia mengadukan saya ke atasannya.

Harus ada dua orang ketika berdansa
Saya memilki kehidupan yang indah bersama Michael di rumah kami di Skodsborg. Pekerjaan saya juga berkembang baik dan saya memiliki banyak teman-teman danish. Anak-anak saya sudah mandiri. Putra saya dan istrinya memiliki seorang anak-anak laki-laki yang lucu bernama Lukas. Saya berharap saya memiliki hubungan yang baik juga dengan putri saya, namun toh perlu dua orang untuk berdansa.

Dalam 10 tahun ke depan, saya ingin tetap aktif. Saya tertarik aktif di politik dan saya tidak pernah menyesal bergabung dengan parpol Venstre, walau saya merasa tidak begitu berbakat secara politis ketika saya harus berbicara. Namun saya sangat tertarik membantu dari belakang secara administratif.

Saya juga akan meneruskan pekerjaan sukarelawan saya bersama dengan Perhimpunan Indonesia Denmark. Saya juga akan terus aktif berolahraga tenis dan golf. Saya selalu membayangkan bila dulu saya menikah dengan laki-laki Indonesia, mungkin kehidupan saya akan lain dari apa yang saya jalani sekarang. Namun toh hidupmu itu sangat tergantung dengan bagaimana kepribadianmu itu sendiri.

Diterjemahkan dari bahasa Danish oleh Kristina Budiati, sumber: http://www.kvinfo.dk/side/539/?personId=14

Sunday, March 18, 2012

Mengendarai Mobil di Denmark

Terdapat beberapa peraturan khusus lalu lintas yang wajib dipatuhi oleh untuk para pengendara mobil di Denmark.

Denmark sebagaimana negara-negara Uni Eropa lainnya, memiliki beberapa kesamaan peraturan lalu lintas. Posisi setir berada di sebelah kiri, dan posisi kendaraan berada di ruas kanan jalan, dan ruas kiri hanya digunakan ketika hendak menyalip kendaraan di depan. Ketika berkendara di Denmark, kita harus ekstra hati-hati terutama karena banyaknya para pengendara sepeda. Denmark memiliki banyak jalur sepeda, dan jumlah pengendara sepeda bertambah terus setiap tahunnya,dan hak mereka harus didahulukan ketika kita berpapasan dengan mereka di jalan.

Pompa-pompa BBM dapat dengan mudah ditemukan di banyak lokasi, dan sebagian besar difasilitasi mesin pembayar otomatis, sehingga kita tetap dapat mengisi BBM 24 jam. Sebagian besar juga dapat menerima pembayaran secara tunai dan kartu kredit. Untuk para pemegang kartu kredit yang tidak dilengkapi no pin, sebaiknya mintalah no pin ke pihak bank sebelum dapat digunakan di Denmark. Denmark memiliki sistem pembayaran yang modern yang mensyaratkan kartu kredit dengan chip dan no pin.

Surat Ijin Mengemudi
SIM Internasional tidak diperlukan bagi para warganegara yang berasal dari negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Taiwan, Brasil dan Australia. SIM Internasional tidak lebih hanya merupakan terjemahan resmi dari SIM lokal yang dikeluarkan dari negara-negara di luar yang tertulis di atas. Bila kita memiliki SIM Internasional, SIM itu harus selalu disertai dengan SIM lokal kita, dan kita harus juga membawa paspor bila SIM yang kita punya tidak disertai dengan pas photo.

Jalan Tol Berbayar
Jalan-jalan tol di Denmark gratis, namun terdapat 2 jembatan penghubung yang mengharuskan kita membayar cukup mahal: yang pertama adalah Jembatan Storebelt Bridge (Storebælt Bro) yang menghubungkan pulau utama Zealand (Sjælland) dan Fyn (Fyn). Kita harus membayar sekitar 215 Kr. ($38 US) untuk sekali menyeberang, dan jembatan kedua adalah Jembatan Oresund Bridge (Øresundsbroen) yang menghubungkan Denmark dan Swedia, kita harus membayar 260 Kr. ($45 US) setiap kali menyeberang.

Batas Kecepatan Berkendara
Batas-batas kecepatan di Denmark adalah sebagai berikut: maks. 50 km per jam di dalam kota, maks 80 km per jam di jalan biasa antar kota, dan maks 130 km per jam di jalan-jalan tol berjalur 4. Peraturan tentang batas kecepatan sangat ketat berlaku di Denmark dan hukumnya wajib untuk dipatuhi semua pengendara mobil.

Parkir
Semua jenis kendaraan beroda empat di Denmark (termasuk mobil sewaan) harus dilengkapi dengan jam pengontrol parkir berupa plat piringan yang menempel di kaca depan mobil sebelah kanan. Bila mobil kita tidak dilengkapi dengan perangkat ini, sebaiknya belilah terlebih dahulu di tempat-tempat seperti biro perjalanan dan pompa bensin. Parkir di Denmark memiliki batas waktu tertentu, jadi penting sebelum meninggalkan mobil di areal parkir , kita harus mengubah posisi jarum di jam parkir di mobil sesuai waktu kita memulai parkir. Namun saat ini sudah terdapat jam parkir mobil otomatis, jadi kita tidak perlu mengaturnya secara manual. Dia akan menseting waktu berhenti kita secara otomatis saat mesin mobil kita matikan. Hati-hati bila kita memarkir kendaraan di melebihi waktu yang telah ditentukan, kita berisiko tinggi mendapatkan denda yang jumlahnya cukup besar.

Batas alkohol
Denmark sangat ketat soal aturan batas kandungan alkohol dalam darah ketika mengemudikan mobil. Batas resminya adalah 0.05% BrAC (Breath alcohol concentration). Pengemudi yang melanggar batas alkohol ini beresiko tinggi mendapatkan denda yang sangat tinggi dan bahkan dapat dikenakan hukuman penjara.

Pengunaan HP
Menggunakan HP saat mengemudi mobil sangat dilarang, namun penggunaan wireless handfree yang dipasang di dalam mobil sangat dianjurkan.

Sabuk Pengaman
Hukumnya wajib untuk menggunakan sabuk pengaman bagi pengemudi dan semua penumpang di dalam mobil. Anak-anak yang tingginya kurang dari 130 cm harus menggunakan kursi anak yang dilengkapi dengan sabuk pengaman.

Sumber: http://www.danishnet.com/info.php/travel/driving-94.html