Kami tinggal di Kota Slagelse, sebuah kotamadya (komunne) yang berada di bagian Timur Sealand (sekitar 100 km dari ibukota Denmark Kopenhagen).
Kota yang berpenduduk lebih kurang 32 ribu jiwa ini menyimpan banyak kisah sejarah penting Denmark: selain menjadi kota dimana HC Andersen belajar bahasa (yang juga menjadi masa-masa paling membosankan bagi penulis dongeng anak-anak tersebut), kota ini juga terkenal sebagai pusat perdagangan pada Abad ke-11. Di kota ini kita dapat melihat sebuah gereja tua yang berasal dari Abad ke-11dan juga Benteng Viking Trelleborg.
Situs sejarah Denmark lainnya di kota ini yang tidak kalah menarik perhatianku adalah Antvorskov. Sebuah situs sejarah yang sayangnya kurang mendapat perhatian karena tampak kotor dan tidak terawat; padahal di tempat inilah masa reformasi Denmark berawal.
Sekilas tentang Antvorskov
Antvorskov merupakan Seminari Katolik Roma Santo Petrus Yerusalem yang berlokasi sekitar satu kilometer selatan Kota Slagelse, Sealand Denmark. Mulai dibangun pada tahun 1165 oleh Valdemar the Great salah seorang ksatria gereja/ knight of St John.
Seminari ini memiliki kewenangan keuskupan tinggi di wilayah Skandinavia dan memberi laporan langsung kepada keuskupan agung yang berada Jerman, Rhodes (kemudian Malta) dan juga kepada Paus Agung. Karenanya seminari ini memiliki peran yang sangat penting. Sebelum masa reformasi, seminari ini juga sering digunakan untuk kegiatan pemerintahan Denmark.
Pada abad ke-13 dan 14, seminari ini menjadi penguasa lahan utama di Denmark. Banyak orang memberi sumbangan kepada seminari dengan harapan mendapatkan doa penyembuhan dan jatah lahan makam di dalam gereja seminari.
Beberapa tokoh penting dalam sejarah Denmark yang tercatat dalam sejarah panjang seminari ini antara lain:
Henrik of Hohenscheid penasehat Raja Denmark Erik V and Erik VI yang banyak memberikan kontribusi kepemilikan kepada seminari ini.
Jep Mortensen membangun kembali seminari antara tahun 1468 and 1490, dan menambahkan bangun kapel baru yang melekat pada gereja seminari.
Eskil Thomesen, seorang pastor Katolik Roma yang mendapatkan ijin untuk menjalankan fungsi sebagai seorang uskup tanpa melalui pengukuhan resmi. Thomesen menentang ajaran Lutheran dan mengirimkan Hans Tausen yang pernah tinggal di seminari ini ke dalam penjara di Viborg karena telah mengajarkan Lutheran yang dilarang pada peringatan Jumat Agung pada tahun 1525 yang juga menjadi pembuka awal masa reformasi di Denmark.
Thomesen juga menolak meratifikasi hasil pemilu pada tahun 1534 yang menjadikan Christian III (yang sangat dia tentang) untuk menjadi Raja Denmark. Ketika bangsawan Christopher of Oldenburg gagal untuk menjadikan Christian II sebagai raja, Christian III mengancam baik kepada Thomesen dan institusi seminari. Raja mendesak seminari untuk memberikan uang sebagai pembayar hutang-hutang raja selama mengamankan masa pemilunya.
Setelah masa reformasi, kompleks seminari berubah menjadi tempat tinggal kerajaan. Pada tahun 1585 penggunaan nama Seminari Antvorskov sangat dilarang dan berubah menjadi Kastil Antvorskov. Frederik II wafat di kastil ini pada tahun 1588. Pada tahun 1717 kastil ini untuk sementara digunakan sebagai markas tentara Denmark.
Gereja seminari dibuka kembali untuk melayani misa pada tahun 1722, namun pemiliknya yang baru Menteri Keuangan Koes memerintahkan agar gedung gereja dibongkar dan material bangunannya digunakan untuk membangun rumah vilanya di Falkenstein.
Pada tahun 1774, lahan wilayah seminari ini terpecah menjadi 9 rumah besar yang dimiliki oleh keluarga-keluarga bangsawan. Pada tahun 1799, Menteri Negara Brunn membeli sisa bangunan dan membaginya menjadi empat bagian dan menjualnya.
Sisa-sisa reruntuhan kompleks seminari besar ini masih dapat kita lihat hingga saat ini. Bahkan penulis dongeng anak-anak terkenal Denmark, Hans Christian Andersen pernah mengkisahkan kunjungannya ke reruntuhan sisa-sisa seminari besar ini.
No comments:
Post a Comment